Penggerebekan Tempat Maksiat
Pembaca budiman,
Rubrik Soal-Jawab edisi ini, kami angkat dari beberapa pertanyaan yang disampaikan kepada Syaikh Ibrahim ‘Amir ar Ruhaili –hafizhahullah- saat menyampaikan muhadharah di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 27 Jumadil Akhir 1427H, bertepatan dengan 23 Juli 2006M. Pertanyaanpertanyaan ini perlu kami sampaikan, mengingat relevansinya dengan persoalan yang kini sedang marak di tengah-tengah kita. Semoga bermanfaat. (Redaksi)
Jawab : Ini tidak boleh! Bahkan ini termasuk kemungkaran tersendiri. Merubah kemungkaran dengan kekuatan tangan merupakan hak waliyul amr (umara). Tindakan melampaui batas yang dilakukan oleh sebagian orang terhadap tempat-tempat maksiat, (yakni) dengan menghancurkan dan membakarnya, atau juga tindakan melampaui batas seseorang dengan melakukan pemukulan, maka, ini merupakan kemungkaran tersendiri, dan tidak oleh dilakukan. Para ulama telah menyebutkan masalah mengingkari dengan kekuatan tangan, merupakan hak penguasa. Yaitu orang-orang yang disabdakan Rasulullah صلى الله عليه وسلم :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ
Barangsiapa melihat kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya.
Makna kemampuan yang disebutkan dalam hadits ini, bukan seperti yang dibayangkan oleh kebanyakan orang, yaitu kemampuan fisik untuk memukul atau membunuh. Kalau demikian yang dimaksudkan, maka kita semua bisa memukul. Namun, apakah benar yang dimaksud seperti ini?
Kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan syar’iyah. Yang berhak melakukannya ialah orang yang memiliki kemampuan syar’iyah. Yaitu, pengingkaran terhadap mereka tidak akan menimbulkan kemungkaran lain. Dengan demikian, perbuatan melampaui batas yang dilakukan oleh sebagian orang, baik dengan memukul atau menghancurkan tempat-tempat maksiat yang dilakukan seperti pada sekarang ini merupakan pelanggaran.
Orang yang melihat kemungkaran atau melihat pelaku kemungkaran, hendaknya melaporkannya kepada polisi, sebagai pihak yang bertanggungjawab, atau para ulama atau para da’i, untuk selanjutnya diserahkan kepada yang memiliki wewenang. Kemudian akan diselidiki, sehingga bisa diatasi dengan cara yang tepat.
Majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun X/1427H/2006M
Artikel asli: https://majalahassunnah.net/soal-jawab/penggerebekan-tempat-maksiat/